Minggu, 08 Januari 2012

Makanan khas Brebes... + numpang jualan telur asin online..

Siapa sih yg gak tau makanan khas Kabupaten Brebes Jawa Tengah..? Meskipun bagi orang luar jawa, nama Brebes asing di telinga, namun di Jawa sendiri saya kira Brebes sudah dikenal dengan oleh2 khasnya yaitu Telor asin dan Bawang Merah. Nah.... yg belum tauuuu... check this out....

1. Bawang Merah khas Brebes
    Bawang merah khas Brebes katanya sih beda dari daerah lain dalam hal rasanya.... bawang merah Brebes katanya rasanya manis n lembut gitu dech.... makanya tiap libur lebaran Idul Fitri sepanjang jalan raya Brebes itu macet n ruame banget karna banyak orang dr luar daerah mau beli bawang merah Brebes ini. Ini adalah asli hasil dari sawah pak tani Brebes. Termasuk ortu ku jg lho, ortuku kan petani...... So mampirlah jika anda melewati Brebes, dont forget untuk beli bawang merah Brebes. Yang banyak ya...  buat persediaan di dapur.
2. Telur Asin Khas Brebes
    Ini yang kedua////// Telor asin Brebes... n yang paling terkenal tentu aja. rasanya emang asli beda kok dr telor asin asal manapun... telor asin brebes enak banget rasanya, gak terlalu asin n gak tawar jg,. uda gitu warna merah telurnya cantik bgt... yang paling enak kalo yang merah telurnya uda berminyak minyak getooo... nyuuuummmmmyyyyy... enak banget deh.... namun untuk saat ini harganya memang semakin meningkat tajam. Sekitar 4 tahun yang lalu masih 1200 sekarang udah 2500 per butirnya..... tapi buat penyuka telur asin, apalah arti uang 2500 perak asal bisa menikmati telur asin khas brebes. iya gak??? pokoknya gak akan nyesel deh buat yang beli telur asin khas brebes. Nah... bagi yang penasaran pengen tahu n nyobain kaya apa sih rasanya telur asin Brebes itchuuuuu... Kalian bisa dapatkan di sepanjang jalan pantura Brebes, disana banyak banget toko yang jual, yang merk nya juga emang udah tekenal kemana-mana sih... Cuman kalo menurutku sih, sebenernya rata-rata telor asin Brebes itu eaknya sama kok, jadi biar itu di toko yang uda punya merk terkenal sma yang egak itu rasanya sama aja, so gak usah khawatir gak enak kalo kalian beli dipinggiran jalan yang bukan di toko. Tapi jangan lupa yang harus kalian pastikan adalah, apakah telur asin masih baru atau ndak? itu aja...umumnya telur asin bisa awet sampe 2 minggu, itu kalo yang rebus, kalo yang panggang ato bakar bisa sampe 3-4 minggu lho.... Nah,,,,, kalo kalian gak sempet mampir ke brebes, buat yang ngidam or kepengen banget plus penasaran sama telor asin Brebes... kalian bisa hubungi aja aku.... bisa lewat massage di facebook ya.... ni nama facebook ku... Qonita Nahdiyah . Jangan lupa cantumin nama kamu, no HP, n alamat lengkap yaaa.... cantumkan juga telor asin apa yg kamu pengen, rebus ato bakar? n berapa butir yg kamu mau? Nanti bakal aku kirimin ke alamat kamu... dengan ongkos sesuai harga telur asinnya + ongkos kirim (gak mahal kok), via transfer, nanti aku kasih no rekening aku kalo emang kalian udah fix mau beli/// otreeeeeeee.....

Nah segini dulu ya teman-teman, sebenarnya masih banyak lagi makanan khas daerah Brebes,,,, tp akan ku kupas lagi di entri berikutnya ya,..... thanks....

Kamis, 18 Agustus 2011

Untuk sebuah nama

Semoga aku tidak salah jika mengingat sebuah nama. Sebuah nama yang sempat ada dalam relung hati yg mungkin saat itu sunyi dan menjadi terisi oleh karenanya. Sebuah nama yang datang mungkin menurutku di saat yang kurang tepat, karna saat itu aku masih 15 tahun. Haha... aku mengira seandainya dia datang di saat yg lebih tepat. Saat aku sedikit matang... mungkin akhirnya akan menjadi lebih baik. Mungkin kecewa itu takkan ada untukku, meskipun tetap saja akan datang kecewa yg lain. Aaaaaakh.... sudahlah, toh tidak berguna jg aku masih membahasnya yg sekian lama tak bertemu, mungkin sekitar 4 thn. Banyak yg berubah mungkin dr dirinya. Begitu pula perubahan denganku sekarang. Makanya tadi kukatakan, mungkin akan jd berbeda jika kita dipertemukan dlm masa yg berbeda... Apakah dia masih spt yg ku kenal dulu?

Apapun yang terjadi........... sudahlah, tak lg kusesali kok. Justru aku bersyukur sempat mengenalnya. Mungkin seandainya dia tidak datang dan tidak mengecewakanku, aku tak bisa tumbuh dewasa, aku tak bisa seperti sekarang yang menurutku lebih bisa mengerti dg keadaan seseorang. Hikmahnya....

A.I.S. Andai kamu tau...... bukan waktu yg singkat mengenalmu, bukan sebentar juga mungkin aku pernah ada dalam hatimu, meskipun aku tidak sebaik seseorang yg untuknya aku ditinggalkan. Semoga kehadiranku dulu jg sedikit membawa arti dalam hidupmu. Kekecewaan yg kau beri, terperi sudah kini, tak lg aku membuatnya menjadi satu hal yg menyakitkan. Aku tidak mendendam, meskipun pandanganku tentangmu berubah. Tp aku yakin, skarang kau menjadi manusia yg lebih baik lebih kredibel, dan semoga juga lebih bijaksana.


Biarlah datang kembali waktu
waktu tak hanya meninggalkan kita
waktu kan memberi kesempatan kedua

Cinta,,
Jika memang engkau sll kelabu
Aku tak berharap kau menjauhiku spt yg orang lain inginkan
Aku mengharapmu datang, agar dapat kuubah warnamu
Agar bisa kuganti kelabu dg biru...

Aku tak dapat memastikan bahwa pintu hati itu aman terkunci
Sementara aku pun tak tau dimana kuncinya..
dan jika kau tau dimana
maka sudilah kiranya kau cukup membuka saja untukku
tak untuk mengisinya..
biar yg lain, yg mengerti dan bijaksana, yang mengisinya
mengerti bahwa hati itu akan dibawa kemana
bijaksana bahwa caranya yg indah adalah
menjadikan hati itu tersipu
menjadikan hati itu terobati dr luka yg membuatnya retak untuk sekian lama

Biar dia jg menyakitkan
tp mungkin sll indah untukku
Biar dia mungkin begitu menyakitkan
tp sll bisa membuatku menunggu....

Selasa, 05 Juli 2011

Lirik Lagu : Pedih by Last Child

Engkau yang sedang patah hati
Menangislah dan jangan ragu ungkapkan
Betapa pedih hati yang tersakiti
Racun yang membunuhmu secara perlahan

Engkau yang saat ini pilu
Betapa menanggung beban kepedihan
Tumpahkan sakit itu dalam tangismu
Yang menusuk relung hati yang paling dalam

Hanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengerti
Di sini ku temani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hati
Kan ku cabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga bagi...

Engkau yang hatinya terluka
Di peluk nestapa tersapu derita
Seiring saat keringnya air mata
Tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnya

Hanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengerti
Di sini ku temani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hati
Kan ku cabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga bagi..mu...
 kenapa artis ini umurnya 45 tahun tp gak keliatan tua ya??? cakep bgt deh....... Subhanallah.......

Rabu, 11 Mei 2011

dan... Orang tua lah yg slalu berjasa

Aku mahasiswa yang patut bersyukur. Allah memberikan berjuta kenikmatan padaku... Bersyukur aku bisa bersekolah, menuntut ilmu di fakultas kedokteran, yang hampir semua orang menginginkannya.... Kalau menurutku,,, ini semua bukan perjuanganku... ini adalah perjuangan kedua orang tuaku,,, bapak,, ibu,,, yang membawaku sampai di sini...
Jika semua temanku bisa membanggakan harta kekayaan orang tuanya.... maka aku begitu membanggakan pekerjaan 'Bapak'.. Bapak.. hanya seorang Petani... bukan hanya, mungkin kurang tepat.. Beliau adalah seorang Petani... Petani yang bekerja pagi hingga sore, nyelengi uang tiap hari untuk biaya anaknya sekolah di kedokteran... sekali lagi aku bangga..
Alhamdulillah.... tidak sombong... tp lumayan banyak temanku yang bilang begini... " kamu mah sante aja... wong udah pinter"/// Sebenarnya bukan aku yang pinter kawan, itu orang tuaku,,, beliau lah yang bisa membuatku seperti ini... mendidik, memberi stimulasi, melatih, merangsang, dan menempa aku agar bisa seperti saat ini... dan sekali lagi aku bangga padanya.
Dan... disinilah juga... kekurangajaran dan kebrengsekanku sebagai seorang anak....
memang, seharusnya sebagai mahasiswa apalagi kedokteran dan apalagi tinggal di komplek V, tidak ada bagi kami "kegiatan yang menyenangkan" semuanya "menyedihkan dan menyengsarakan"... bayangkan... dari mulai bangun pagi, jamaah subuh, belajar, buka laptop, baca buku, kuliah, praktikum, tutorial, skill lab,  pulang... jamaah lagi, ngaji, jamaah lagi, nderes Quran... belajar lagi, baca buku lagi, buka laptop lagi, dan yang lain-lain lagi...
Tapi terkadang, dengan alasan jenuh dan butuh refreshing, seenaknya saja aku membuang uanguntuk suatu hal yang seharusnya dapat kuminimalisir untuk dilakukan... Nonton bioskop, makan-makan, jalan2... shoping-shoping.... meskipun bagi anak kedokteran itu hal yg biasa dan wajib ain.. tp menyesakkan dada rasanya ketika kembali ke pondok, dan menatap foto kedua orang tua, dan ingat apa yg baru saja aku lakukan,,, sementara ibu dan bapak pontang-panting untuk biaya hidupku di sini. dan aku bilang bahwa Jogja memang NEVER ENDING.... NEVER ENDING.... CRY, for me...

Untuk anaknya yang kurangajarpun, betapa sayangnya ibu padaku... aku memang jarang pulang, dan kalau sudah begitu,,, pura-puralah aku sakit... dan menunguu ibu ngendika "Kamu pengen ditiliki??? (bhs.brebes)", dan inilah lagi satu perjuangan ibuku membahagiakan putrinya,,, agar semangat dan keinginan putrinya untuk menuntut ilmu dan bermanfaat bagi orang lain serta untuk kebahagiaan tetap terpatri dalam hatinya...

Senin, 18 April 2011

GLAUKOMA FAKOMORFIK (GLAUKOMA SEKUNDER ET CAUSA INTUMESENSI LENSA)

SKENARIO
I.          IDENTITAS
Nama                   : Ny. M
Umur                   : 67 tahun
Jenis Kelamin      : perempuan
Pekerjaan             : ibu rumah tangga
Alamat                 : Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

II.       ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang
      Sejak satu hari yang lalu pasien mengeluh kedua matanya merah. Keluhan tersebut disertai dengan rasa sakit atau pegal pada mata, pusing, mual dan muntah dua kali. Menurut pasien sekarang penglihatan pasien menjadi kabur. Pasien juga merasakan silau jika terkena cahaya dan tampak seperti ada gambaran pelangi jika melihat lampu. Pasien sudah berusaha mengobatinya dengan tetes mata yang dibelinya di warung tapi belum membaik.

Anamnesis Sistem
Serebrospinal                               : pusing (+), demam (-), kejang (-)
Kardiovaskular    & respirasi       : dalam batas normal
Gastrointestinal                           : mual (+), muntah (+), BAB normal
Urogenital                                    : BAK frekuensi, warna, dan jumlah normal
Integumen                                   : gatal (-)
Muskuloskeletal                           : pegal-pegal (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama (-)
Riwayat memakai kacamata (-)
Riwayat katarak (-) sejak satu tahun yang lalu
Riwayat penyakit kronis DM (-), HT (-)
Riwayat asma (-), riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat penyakit kronis DM (-), HT (-)
Riwayat alergi makanan (-) pada ibu.

III.    PEMERIKSAAN FISIK
1.   Status Generalis
Keadaan umum   : Baik
Kesadaran            : Compos mentis
Vital sign             : Tekanan darah           : 130/80 mmHg
                               Nadi                          : 70 kali/menit
                               Suhu                          : 37,5 o C
                               Respirasi                    : 20 kali/menit
Kepala                 : Mata status lokalis
Leher                   : Kelenjar limfonodi tidak membesar
Thorax                 : Cor      : S1 > S2 regular, tidak ada bising
                               Pulmo  : Vesikuler (+) normal, tidak ada ronkhi
Abdomen             : dalam batas normal
Ekstremitas          : dalam batas normal


2.   Status Lokalis
A.    Pemeriksaan Visus
No
Pemeriksaan
OD
OS
1.
Visus Jauh
1/60
3/60
2.
Proyeksi Sinar
+
+
3.
Persepsi Warna
+
+

B.     Pemeriksaan
No
Pemeriksaan
OD
OS
1.
Sekitar mata:
Supersilia dan silia

Simetris
Distribusi merata

Simetris
Distribusi merata
2.
Palpebra:
Gerakan
Margo superior & inferior

Normal
Normal

Normal
Normal
3.
Bola mata:
Gerakan

Segala arah (Normal)

Segala arah (Normal)
4.
Konjungtiva:
K. Palpebra sup. et. Inf.
K. Forniks
K. Bulbi

Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)

Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
Hiperemi (+)
5.
Sklera:
Warna

Putih

Putih
6.
Kornea:
Kejernihan
Sikatrik
Arcus senilis
Uji flurosen

Jernih
Tidak ada
Ada
tdl

Jernih
Tidak ada
Ada
tdl
7.
Iris:
Warna
Permukaan

Cokelat
Rata

Cokelat
Rata
8.
Pupil:
Ukuran
Kedudukan
Warna pupil
Reflek direk
Reflek indirek

5 mm
Sentral
Normal
(+)
(+)

5 mm
Sentral
Normal
(+)
(+)
9.
Lensa:
Kejernihan
Warna
Shadow test

Keruh
Putih keruh
(+)

Jernih
Gelap
(+)
10.
Tekanan bola mata:
30 mmHg
27 mmHg

IV.          DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
Glaukoma Sekunder et causa Intumesensi Lensa (Glaukoma Fakomorfik)

Glaukoma Sudut Tertutup Akut Primer

Glaukoma Fakolitik
Diagnosis Kerja     :
Glaukoma Sekunder et causa Intumesensi Lensa (Glaukoma Fakomorfik)
                           


V.             RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lapang pandang
Oftalmoskopi
Genioskopi

VI.          TERAPI
Farmakoterapi :
Asetazolamid 250-500 mg IV/IM, dapat diulang dalam 2-4 jam maksimum 1 g/hari

Apraklonidin 1-2 tetes pada mata 3 kali/ hari

Mannitol IV 2 g/kgBB selama 30 menit

Timolol 1 tetes pada mata 2 kali/hari
Bedah               :
Iridektomi laser

VII.       RENCANA TINDAKAN
-          Menurunkan TIO dengan memberikan obat yang dapat menurunkan TIO
-          Pembedahan oleh dokter spesialis bedah

VIII.    SARAN KEPADA PASIEN
Menjalani pengobatan dengan taat agar tidak terjadi komplikasi





PEMBAHASAN
I.       DEFINISI
Glaukoma merupakan suatu kelainan mata yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraokular, disertai pencekungan diskus optikus dan penciutan lapang pandang (Vaughan et al, 2007). Glaukoma menurut Abe, et al. (2006) dapat diklasifikasikan berdasarkan temuan sudut bilik depan mata dan ada tidaknya penyakit (kondisi) yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular dan faktor yang menyertainya. Penyakit ini dibagi menjadi glaukoma primer yang tidak mempunyai penyebab terjadinya peningkatan tekanan intraokular (TIO), glaukoma sekunder dimana terjadinya peningkatan TIO disebabkan oleh penyakit okular, sistemik, atau penggunaan obat, dan glaukoma developmental dimana peningkatan TIO adalah hasil dari perkembangan anomali pada sudut bilik anterior mata yang terjadi selama masa embrional.
Glaukoma primer menurut Ilyas (2009) etiologinya tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma primer dibagi dalam glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma sudut tertutup primer. Glaukoma sudut tertutup primer muncul dengan onset akut.

Abe et al. (2006) memberikan pengertian glaukoma sekunder adalah glaukoma dimana peningkatan tekanan intraokular disebabkan karena penyakit okular, sistemik, maupun penggunaan obat yang menyebabkan terjadinya neuropati optik. Glaukoma sekunder dapat dibagi lagi berdasarkan mekanisme peningkatan TIO, yaitu  mekanisme sudut terbuka dan mekanisme sudut tetutup. Menurut Gill, H., et al. (2010) glaukoma fakomorfik adalah terminologi yang digunakan untuk glaukoma sekunder sudut tertutup yang disebabkan oleh intumesensi lensa.
Sowka (2008) mengemukakan sesuai dengan namanya, glaukoma fakomorfik (fako = lensa ; morf = bentuk) termasuk sekunder karena perkembangan bentuk lensa. Sudut tertutup baik akut, subakut, maupun kronis dapat dipicu oleh katarak imatur atau intumesen dan terjadi pada mata yang sebelumnya memiliki sudut bilik terbuka.
Gill et al. (2010) memberikan definisi galukoma fakolitik yaitu glaukoma sudut terbuka dengan onset akut yang disebabkan oleh kebocoran katarak matur atau hipermatur (jarang pada imatur).

II.    PATOGENESIS
Pada tulisan kali ini kami hanya akan membahas patogenesis penyakit yang menjadi diagnosis banding yaitu glaukoma sekunder et causa intumesensi lensa (glaukoma fakomorfik), galukoma primer sudut tertutup akut, dan katarak senile.
Glaukoma sekunder sudut tertutup (glaukoma fakomorfik) merupakan komplikasi dari katarak. Dhawan (2005) dalam tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak dapat melalui tiga cara, yaitu:
-          Glaukoma fakomorfik : Lensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut sehingga jalinan trabekular terblok serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup
-          Glaukoma fakolitik :  Pada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa dan masuk ke dalam kamera anterior dan ditelan oleh makrofag. Makrofag menjadi membengkak dan menyumbat jalinan trabekular yang memacu peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka.

-          Glaukoma fakotopik : Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi dan menyebabkan peningkatan TIO dengan memblok pupil atau sudut secara mekanis, atau dispalsia korpus vitreus yang menyebabkan blok. Selain itu Vaughan, et al. (2007) menambahkan dislokasi korpus vitreus sebagai penyebab galukom akibat katarak meskipun mekanismenya belum jelas.
Sowka (2008) menjelaskan penebalan lensa selama kataraktogenesis dapat menghasilkan pupil blok, dengan iris bombae dan akibatnya terjadi glaukoma sudut tertutup. Lensa menjadi intumesensi pada katarak senilis imatur. Intumesensi merupakan proses terjadinya hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah, karena daya biasnya bertambah maka mata menjadi miopia. Ilyas (2009) menambahkan pada intumesensi, pembengkakan lensa membuat sumbu anterior-posterior lensa makin panjang sehingga mengakibatkan resistensi pupil pada pengaliran humor aqueous ke depan (blokade pupil). Akibat blokade pupil ini akan terjadi pendorongan iris sehingga pangkal iris akan menutup saluran trabekulum yang mengakibatkan bertambahnya bendungan cairan mata dan tekanan intraokuler meninggi dan timbul glaukoma. Bilik mata depan terlihat dangkal akibat bertambah cembungnya lensa disertai adanya iris bombe. Sowka (2008) mengemukakan ini dapat terjadi secara umum pada pasien dengan sudut bilik mata yang memang sudah dangkal, dan kataraktogenesis memperparah terjadinya penutupan sudut. Meskipun demikian penutupan sudut selama proses kataraktogenesis juga dapat terjadi pada pasien dengan miopia maupun pasien dengan sudut bilik mata yang dalam.
Vaughan (2009) menjelaskan efek peningkatan TIO mengakibatkan penurunan penglihatan pada glaukoma dengan mekanisme utamanya adalah atrofi sel ganglion difus yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Selanjutnya diskus optikus menjadi atrofi, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliaris juga menjadi atrofi.
Neuron-neuron mengalami kerusakan oleh peningkatan TIO yang menimbulkan tekanan segala arah pada bola mata dan menghasilkan tegangan, selanjutnya menyebabkan regangan yang menyebabkan kerusakan neuron.
Sedangkan patogenesis terjadinya glaukoma sudut tertutup akut primer pada dasarnya sama dengan glaukoma fakomorfik, hanya saja tidak ada penyakit (kondisi) yang mendasari terjadinya penutupan sudut. Glaukoma primer terjadi pada mata dengan sudut bilik anterior yang dangkal (sering pada hipermetropia) (Ilyas, 2005).
Glaukoma fakolitik  berkembang pada saat terjadi kebocoran protein lensa dr katarak matur yang menyubat jalinan trabekular dan mencegah aliran humor aqueous. Dengan usia tua dan progresi katarak, jumlah protein BM tinggi dalam lensa menigkat. Pada katarak imatur, protein ini ditemukan dalam nukleus lensa. Dengan matangnya katarak dan akumulasi protein, peningkatan jumlah protein BM tinggi ditemukan pada cairan korteks lensa. Pada akhirnya, protein keluar dari lensa dan masuk ke dalam humor aqueous. Adanya protein lensa dalam kamera anterior memacu inflamasi dan respon makrofag. Akumulasi makrofag yang membengkak karena menelan protein  lensa sebagai penyebab utama obstruksi jalinan trabekular. Selain makrofag, protein lensa juga dapat menyebabkan obstruksi (Johnson, 2009).
III.   GEJALA DAN TANDA
Ilyas (2009) menjelaskan mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma akut.
Glaukoma fakomorfik menunjukkan gejala sebagai berikut (Gill, 2010):
-          Nyeri akut
-          Mata hiperemis
-          Pandangan kabur
-          Sensasi halo
-          Mual
-          Muntah
-          Pasien umumnya memiliki penurunan penglihatan sebelum episode akut karena riwayat katarak.
Tanda glaukoma fakomorfik termasuk di bawah ini:
-          TIO tinggi (> 35 mmHg)
-          Pupil dilatasi sedang, iregular
-          Edema kornea
-          Injeksi konjungtiva dan vena episklera
-          Sudut kamera anterior dangkal
-          Pembesaran lensa dan displasi ke depan
-          Pembentukan katarak tidak sama antara kedua mata


Gejala dan tanda glaukoma fakolitik menurut Chen & Yi (2009), sebagai berikut:
-          Pasien dengan glaukoma fakolitik secara khas mempunyai riwayat penurunan penglihatan yang lambat selama beberapa bulan maupun tahun sebelum terjadi nyeri dengan onset akut, mata merah, dan seringkali terjadi penurunan penglihatan yang lebih jauh.
-          Penglihatan mungkin hanya dapat persepsi cahaya karena densitas katarak
-          Gejalanya sama dengan glaukoma sudut tertutup akut
-          Riwayat penurunan penglihatan yang lambat sebelum onset akut adalah gejala yang vital untuk diagnosis.
-          TIO meningkat sangat tinggi
-          Pemeriksaan lampu slit menampakkan edema korne mikrositik, kamera anterior sembab, makrofag, agregasi material putih.
-          Penemuan genioskopi biasanya normal.

Gejala dan tanda yang didapatkan pada glaukoma sudut tertutup akut primer menurut Ilyas (2009):
-          Pasien dengan glaukoma sudut tertutup akut primer  menampakkan gejala nyeri okular dan kepala
-          Penurunan lapang pandang unilateral
-          Adanya halo berupa pelangi di sekitar lampu yang dilihat
-          Seringkali mual dan muntah
-          Ketajaman penglihatan dapat menurun secara signifikan pada mata yang terpengaruh, seringkali sampai 20/80 atau lebih buruk.
-          Tanda khas yang muncul termasuk peningkatan TIO secara signifikan, pada evaluasi genioskopi, terdapat injeksi konjungtiva dan episklera yang dalam, dan pupil yang berdilatasi sedang.
-          Pada pemeriksaan slit lamp juga dapat terlihat edema kornea dan sudut kamera anterior yang dangkal.
-          Tonometri dapat terlihat TIO rata-rata 30 sampai dengan 60 mmHg, ataupun lebih tinggi pada beberapa kasus.
-          Gonioskopi mungkin sulit dilakukan karena edema kornea mikrositik.
-          Mungkin terdapat bukti episode pentupan sudut sebelumnya dalam bentuk sinekia anterior perifer pada mata.
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis glaukoma akut baik primer maupun sekunder ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Ilyas, 2009). Selanjutnya Ilyas (2005) menambahkan glaukoma primer dengan sudut bilik mata depan tertutup bersifat bilateral dan herediter dan banyak terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Sedangkan mata pasien dengan glaukoma sudut tertutup sekunder sangat merah, konjungtiva sangat kemotik, dengan injeksi siliar, kornea keruh, pupil setengah dilatasi dengan reaksi terhadap sinar yang kurang atau ama sekali tidak ada. Bilik mata depan dangkal dan di dalam bilik mata terdapat efek Tyndal positif. Mata pada perabaan terasa keras seperti kelereng, akibat tekanan bola mata yang sangat tinggi. Noecker & Kahook (2011) menjelaskan diagnosis glaukoma sudut tertutup akut primer dibuat dengan visualisasi genioskopi yang menunjukkan tertutupnya sudut kamera anterior. Tonometri menunjukkan peningkatan TIO yang bisa mencapai 40-80 mmHg. Chen & Yi (2009) menjelaskan pada glaukoma fakolitik pemeriksaan lampu slit menampakkan edema korne mikrositik, kamera anterior sembab, makrofag, agregasi material putih. Pada pemeriksaan genioskopi sudut kamera anterior biasanya normal.

V.    RESUME ANAMNESIS

1.      Analisis RPS
      Dari data riwayat penyakit sekarang didapatkan sejak 1 hari yang lalu pasien mengeluh kedua matanya merah, disertai keluhan lain yaitu rasa sakit atau pegal pada mata, pusing, mual dan muntah. Saat ini pasien juga merasakan penglihatannya menjadi kabur dan merasakan silau jika terkena cahaya lampu dan seperti adanya gambaran pelangi jika melihat lampu. Data riwayat penyakit sekarang tersebut menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini dialami oleh pasien. Gejala yang dialami dapat mengarahkan kita pada diagnosis banding yaitu glaukoma fakomorfik, glaukoma sudut tertutup akut primer, glaukoma fakolitik, dan glaukoma uveitis karena pada masing-masing diagnosis banding tersebut didapatkan gejala serupa dengan yang dialami oleh pasien, yaitu gejala glaukoma dengan onset yang terjadi mendadak atau akut Ilyas (2005) mengemukakan serangan glaukoma akut dapat datang dengan tiba-tiba dan penglihatan akan sangat menurun, disertai dengan sakit yang berat di belakang kepala, dan kadang-kadang akibat adanya gejala yang disertai muntah, maka sering disangka penderita sakit perut. Ilyas (2009) menambahkan serangan glaukoma akut juga menunjukkan tanda-tanda kongestif (peradangan) dengan kelopak mata bengkak dan mata merah.
      Pasien sudah mengobati dengan obat yang dibeli di warung namun keluhan belum membaik.

2.      Analisis Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dengan pasien. Ini berarti kita dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien adalah diturunkan oleh keluarganya.
Riwayat penyakit kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi juga negatif dalam keluarga. Penyakit diabetes melitus dan hipertensi ini juga dapat sebagai faktor resiko terkena penyakit- penyakit yang berada di mata (Ilyas, 2005).

3.      Analisis Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Ini berarti bahwa pasien mengalami keluhan dengan onset akut dan pertama kalinya. Pasien juga tidak memiliki riwayat memakai kacamata. Pada pasien dengan kelainan refraksi juga mempunyai faktor yang dapat menyebabkan munculnya penyakit mata seperti glaukoma. Umumnya dapat terjadi pada pasien dengan sudut kamera anterior sempit (sering pada hipermetropia) (James et al., 2005). Pasien memiliki riwayat katarak sejak satu tahun yang lalu. Namun pada anamnesis penggalian riwayat penyakit dahulu kurang lengkap karena tidak menggali perjalanan penyakit katarak yang sejak satu tahun yang lalu diderita pasien. Ilyas (2009) menjelaskan glaukoma akut dibangkitkan lensa merupakan glaukoma akibat katarak intumesen, matur, ataupun hipermatur. Untuk mengetahui etiologi glaukoma sekunder yang terjadi sangat diperlukan penggalian riwayat katarak pasien baik perjalanan penyakitnya (gejala dan tanda yang muncul) maupun riwayat pengobatannya. Jika sudah digali dengan baik, kita bisa mengetahui apakah glaukoma yang terjadi adalah karena adanya penyakit (kondisi) yang mendasari (sekunder), atau tidak ada penyakit sebelumnya yang menyebabkan terjadinya glaukoma (primer).

Selain itu penyakit kronis seperti diabetes melitus dan hipertensi juga bisa menyebabkan kelainan pada mata seperti retinopati diabetik maupun glaukoma neovaskular. Tapi pada pasien tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi sehingga diagnosis retinopati diabetik maupun glaukoma neovaskular tidak masuk dalam diagnosis banding.
4.      Analisis Kebiasaan dan Lingkungan
Data anamnesis tidak dicantumkan kebiasaan dan lingkungan pasien. Pada glaukoma sekunder, Ilyas (2009) mengemukakan faktor yang dapat mencetuskan serangan glaukoma akut, yaitu seperti Emosi (bingung dan takut) dapat menimbulkan serangan akut, dan membaca dekat yang mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan menimbulkan serangan pada glaukoma blok pupil.

5.      Analisis Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan tekanan darah yang sedikit tinggi yaitu 130/80 mmHg yang termasuk stadium prehipertensi namun pada orang dengan usia tua (67 tahun), tekanan darah biasanya sudah meningkat. Pemeriksaan visus menunjukkan visus jauh pada okulus dekstra adalah 1/60, artinya pasien hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter yang pada orang dengan visus normal dapat dilihat dari jarak 60 meter. Visus jauh okulus sinistra adalah 3/60, artinya pasien juga hanya apat menghitung jari pada jarak 3 meter. Persepsi sinar positif artinya pasien masih dapat melihat adanya sinar dan arah datangnya sinar. Menurut  Ilyas (2005) serangan glaukoma akut menunjukkan gejala kongestif dengan kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sagat tinggi, pupil lebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik hiperemis, edem, dan lapang pandang menciut berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior dan lensa menjadi keruh.

VI. PEMBAHASAN PEMERIKSAAN PENUNJANG TERKAIT KASUS

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut (:

1.      Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Kemungkinan hasil yang akan ditemukan lapang pandang pasien berkurang karena peningkatan TIO yang merusak papil saraf optikus.

2.      Oftalmoskopi
Untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.

3.      Pemeriksaan Gonioskopi
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai adanya glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestesi. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya360 derajat. Pemeriksaan genioskopi ditunda sampai edema kornea berkurang, salah satunya dengan obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular. Hasil yang diharapkan pada pemeriksaan genioskopi menunjukkan sudut bilik mata anterior yang tertutup.

VII.          PEMBAHASAN TERAPI TERKAIT KASUS
Tujuan penatalaksanaan glaukoma sekunder  adalah untuk menurunkan TIO dan mengobati kausa penyakit. Terapi berupa ekstraksi lensa apabila TIO telah terkontrol secara medis (Vaughan, et al. 2009).
1.      Farmakoterapi
Terapi farmaka dilakukan untuk menurunkan TIO secara cepat untuk mencegah kerusakan yang lebih jauh pada nervus optikus, untuk menormalkan kornea, dan mencegah terjadinya pembentukan sinekia. Reduksi TIO dibutuhkan untuk mempersiapkan pasien untuk iridotomi laser untuk mengatasi blok pupil yang menyebabkan glaukoma. Manajemen inisial yang digunakan termasuk beta-bloker, agonis alfa-2 adrenergik, dan inhibitor karbonik anhidrase. Miotikum dapat memperburuk serangan glaukoma sudut tertutup sekunder dengan meningkatkan kontak iridolentikular. Tujuan farmakoterapi adalah untuk menurunkan morbiditas dan untuk mencegah komplikasi (Gill, 2010).
a.       Inhibitor Karbonik Anhidrase
Karbonik Anhidrase adalah suatu enzim yang ditemukan di banyak jaringan tubuh, termasuk mata. Katalisasi suatu reaksi reversibel dimana karbon dioksida menjadi hidrasi dan asam karbonat menjadi dehidrasi. Dengan memperlambat terbentuknya pembentukan ion bikarbonat dengan reduksi  dalam sodium dan transport cairan, dapat menghambat karbonik anhidrse dalam proses siliaris mata. Efeknya menurunkan sekresi aqueous humor, sehingga menurunkan TIO. Asetazolamid digunakan dengan dosis 250-500 mg IV/IM, dapat diulang dalam 2-4 jam maksimum 1 g/hari. Efek sampingnya hilangnya kalium tubuh, parastesi, anoreksia, diare, hipokalemia, batu ginjal, dan miopia sementara.
Kontraindikasi pada orang dengan hipersensitivitas, penyakit hati, penyakit ginjal kronis, insufisiensi adrenokortikal, obstruksi pulmonar parah (Gill, 2010).
b.      Agonis Alfa-adrenergik
Menurunkan TIO dengan menurunkan produksi humor aqueous (Gill, 2010). Apraklonidin merupakan obat baru yg bekerja menurunkan produksi humor aqueous tanpa efek pada aliran keluar, dapat digunakan dengan dosis 1-2 tetes pada mata yang terkena 3 kali/ hari.
c.       Agen Hiperosmotik
Menurunkan TIO dengan membuat gradien osmosis antara cairan okular dan plasma, tetapi tidak untuk penggunaan jangka panjang. Obat yang digunakan Manitol yang bekerja dengan mengakibatkan cairan ekstraselular hiperosmotik sehingga terjadi dehidrasi sel dan diuresis. Dosis mannitol pada pasien dengan mual dan muntah diberikan secara intravena dalam 20 % cairan dengan dosis 2 g/kgBB selama 30 menit. Maksimal penurunan TIO dijumpai dalam satu jam setelah pemberian mannitol.
d.      Beta Bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup. Beta bloker dapat menurunkan TIO dengan cara mengurangi produksi humor aqueous. Timolol sebagai beta bloker nonselektif dalam sediaan tetes mata dapat digunakan sebanyak 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat di ulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian (Qamar, 2008).
e.       Miotik Kuat
Pilokarpin 2% atau 4 % setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian sebagai inisial terapi, diindikasikan untuk menghambat serangan awal glaukoma akut.
Bekerja degan meningkatkan fasilitas pengeluaran cairan mata dengan membuka sudut bilik mata dengan miosis. Efek samping yang ditimbulkan adalah sakit pada alis akibat spasme otot siliaris dan penglihatan malam berkurang (Ilyas, 2009).

2.      Nonfarmakoterapi (Pembedahan)
Ilyas menjelaskan pengobatan glaukoma sekunder akut hanya dengan pembedahan. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan sudut sempit karena serangan akan berulang lagi pada satu saat. Tindakan pembedahan dilakukan bila TIO sudah terkontrol, mata tenang dan persiapan pembedahan sudah cukup. Tindakan pembedahannya adalah iridektomi laser. Gill (2010) menambahkan seringkali serangan sudut tertutup terjadi lagi setelah pembedahan, karena sudut kamera anterior masih dangkal. Dalam kondisi ini sebaiknya dilakukan ekstraksi katarak bila sudut kamera anterior tidak dalam setelah iridektomi laser.

VIII.       PEMBAHASAN PROGNOSIS DAN KOMPLIKASINYA
Kontrol tekanan intraokuler yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadinya kebutaan. Jika TIO tetap terkontrol dan terapi penyebab dasar menghasilkan penurunan TIO, maka kecil kemugkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif (James et al. (2006).

DAFTAR PUSTAKA

Dhawan, S., 2005. Lens & Cataract.
Gill, H., Juzych, M.S., Goyal, A.G., 2010. Phacomorphic Glaucoma.
Ilyas, S., 2005.Penuntun Ilmu Penyakit Mata (3rd ed). Jakarta: FKUI
Ilyas, S., 2009. Ilmu Penyakit Mata (3rd ed). Jakarta: FKUI
James, B., Chew, C., Bron, A., 2006. Oftalmologi: Lecture Notes (9th ed). Jakarta: Erlangga
Johnson, S., 2009. Cataract Surgery in Glaucoma Patient. New York: Springer Science & Business Media
Noecker, R.J., Kahook, M.K., 2011. Acute Angle Closure Glaucoma.
Qamar, A.R., 2008. Phacomorphic Glaucoma: An Easy Approach, Pak J Ophthalmol , 23:2,77-79
Sowka, J., Phacomorphic Glaucoma: Case and Review, American Optometric Association, 2008;77:586-589
Sowka, J.W., Gurwood, A.S., Kabat, A.G., 2009. Handbook of Ocular Disease Management. Hunenberg: Alcon
Vaughan, D.G., Asbury, T., Eva, P.R., 2007. General Ophtalmology (17thed). New York: Mc Graw Hill
Yi, K., Chen, C.T., 2009. Phacophilic Glaucoma.